PENINGKATAN
HASIL BELAJAR KIMIA LARUTAN
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERMEDIA
MINDJET
PADA SISWA KELAS XI IPA 1 MAN 2
MAJALENGKA
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Satiman*)
Abstrak :
Kemudahan siswa dalam menerima pelajaran kimia termasuk salah satu kendala
utama bagi penyampaian materi oleh guru. Maka media pembelajaran yang akan
digunakan harus diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang akan
disampaikan. Tujuan penelitian disini adalah untuk menerapkan pembelajaran
kontekstual bermedia mindjet pada mata pelajaran kimia untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan bahwa pada akhir
siklus ke-2 :(1) sekurang-kurangnya 80 %
siswa memiliki motivasi belajar kimia
dan aktif belajar kimia, (2) sekurang-kurangya 85 % siswa memiliki
prestasi belajar kimia lebih 75 atau termasuk kategori B ke atas. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan tahap-tahap : planning,
acting, obseving dan reflecting yang
saling berkesinambungan dan berulang dari Pra Siklus, siklus I dan siklus II.
Dampak penggunaan pendekatan kontekstual bermedia mindjet
selama penelitian berjalan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman materi kimia
yang ditunjukkan perolehan hasil ulangan harian pra siklus, siklus I dan siklus
II selalu mengalami perkembangan. Pada pra siklus nilai rata-rata 77,61 dengan ketuntatasan
belajar 87,09 %, siklus I nilai rata-ratanya 78,77 dengan ketuntasan belajar 93,55
% dan pada siklus II nilai rata-ratanya 80,16 dengan ketuntasan belajar 96,77 % dengan menggunakan Kriteria
Ketuntasan Minimal 75. Kenaikan
nilai rata-rata ini menunjukkan daya serap cukup signifikan dan terjadi
peningkatan prestasi belajar.
Kata Kunci : Pendekatan kontekstual, Media Mindjet, Hasil belajar kimia
Abstract: The ease
students receive lessons in chemistry including one major obstacle for the
delivery of content by teachers. So the learning media that will be used must
be integrated with the objectives and learning content that will be delivered.
The purpose of the research here is to apply contextual learning on the
subjects of media mindjet chemistry to improve the quality of learning. This
classroom action research aims that by the end of the 2nd cycle: (1) at least
80% of students have motivation to learn chemistry and chemical active
learning, (2) lack of at least 85% of students have learning achievement more
than 75 chemicals, including category B or above. Classroom action research was
conducted in two cycles with stages: planning, acting, and reflecting the
mutual obseving continuous and repetitive of the Pre-Cycle, cycle I and cycle
II.
The impact of media use contextual approach mindjet during the study runs show an increase in understanding of chemical materials which are shown daily tests pre-acquisition results of the cycle, the cycle I and cycle II always experiencing growth. In the pre-cycle average value of 77.61 with 87.09% learning completeness, I cycle the average value of 78.77 with 93.55% and mastery learning in cycle II, the average value of 80.16 with learning completeness 96, 77% by using the thoroughness Minimum Criteria 75. The increase in the average value shows a significant absorption and an increase in learning achievement.
Keywords: contextual approach, Media Mindjet, results of studying chemical
The impact of media use contextual approach mindjet during the study runs show an increase in understanding of chemical materials which are shown daily tests pre-acquisition results of the cycle, the cycle I and cycle II always experiencing growth. In the pre-cycle average value of 77.61 with 87.09% learning completeness, I cycle the average value of 78.77 with 93.55% and mastery learning in cycle II, the average value of 80.16 with learning completeness 96, 77% by using the thoroughness Minimum Criteria 75. The increase in the average value shows a significant absorption and an increase in learning achievement.
Keywords: contextual approach, Media Mindjet, results of studying chemical
PENDAHULUAN
Latar belakang penelitian bahwa salah satu mata pelajaran
yang diberikan di SMK adalah Kimia, yang dianggap oleh para siswa termasuk
pelajaran yang sukar. Oleh karena mata pelajaran kimia bagi siswa SMK merupakan
pelajaran yang baru, maka sulit dimengerti oleh siswa terutama kelas X. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap siswa kelas XI Program
Keahlian Teknik Gambar Bangunan ( TGB ) dengan dilatar belakangi bahwa input
siswa yang masuk program ini memiliki nilai yang pas-pasan ( kurang ) dibandingkan dengan program
keahlian yang lain. Di sisi lain selama di kelas X prestasi siwa dalam mata
pelajaran kimia kurang memuaskan. Nilai raport kimia pada semester I rata-rata
77,13 sedangkan nilai raport pada semester II rata-rata 77,61 belum ada yang
mendapatkan nilai A. Dengan belum adanya siswa yang mendapatkan nilai A
menandakan bahwa siswa kelas tersebut kurang berprestasi. Kurang
berprestasinya siswa tersebut barangkali
disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih belum standar yaitu pembelajaran
dengan cara konvensional yang bersandar pada buku teks, modul, LKS, pemberian
tugas setelah penyelesaian satu atau beberapa kompetensi, diberikan tugas
ulangan, ulangan tengah semester dan ulangan semesteran. Proses pembelajaran
yang telah dilakukan barang kali berjalan dengan datar dan tidak menarik
sehingga motivasi untuk belajar sangat rendah. Mengingat mata pelajaran kimia
marupakan mata pelajaran adaptif yang sangat mendukung mata diklat produktif,
maka ada pemikiran untuk memberikan pembelajaran kimia melalui pembelajaran
kontekstual bermedia mindjet. Pertanyaan yang muncul ialah dapatkah
pembelajaran kimia di MAN 2 MAJALENGKA dilakukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran Kontekstual ( Contextual
Teaching and Learning ) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis
kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan mensukseskan
implementasi kurikulum KTSP. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali kepada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak ” mengalami ” apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar ”
mengetahuinya ”. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti makna belajar, apa
manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar
bahwa yang dipelajari berguna bagi kehidupanya kelak.
Dalam
pembelajaran kontekstual ini konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong para
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
teori dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh
dengan mengaitkan ketika belajar siswa akan turut langsung dalam pengalaman
belajar yang akan membuat hasil belajar lebih bermakna ( Dirjen Dikdasmen, 2002
: 26 )
Media
pembelajaran yang popular digunakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan audio visual dan sekarang banyak yang menggunakan media mikrosoft,
karena sifatnya dapat mengakses berbagai macam data dan fasilitas untuk
memotivasi siswa dalam belajar. Dalam mengenalkan materi kimia khususnya
kompetensi memahami konsep larutan ,
untuk mengenalkan konsep elektrolit-non elektrolit, teori ionisasi, larutan
asam dan basa serta aplikasi eletrokimia dalam praktek sehari-hari, melalui
media mikrosoft mindjet yang telah dikemas dalam bentuk instruksi pengajaran
sendiri berisi serangkaian contoh dan instruksi yang harus dikerjakan oleh
siswa secara manual. Dalam program tersebut juga telah dilengkapi evaluasi
untuk mengukur seberapa kadar pemahaman siswa terhadap kompetensi yang
dipelajari. Disini peranan guru hanya sebagai fasilitator sehingga proses
belajar lebih banyak aktivitas siswa.
Berdasarkan latar
belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
” Apakah terdapat peningkatan prestasi belajar kimia
larutan melalui pendekatan kontekstual dengan media mindjet pada siswa kelas XI
TGB semester 3 di MAN 2 MAJALENGKA Tahun Pelajaran 2010 / 2011 ?”
Dengan
mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar kimia melalui pendekatan
kontekstual bermedia mindjet sebagai sumber belajar pada siswa kelas XI
TGB semester 3 di MAN 2 MAJALENGKA Tahun
Pelajaran 2016/2017. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut ditandai dengan
: (1) Peningkatan kualitas proses pembelajaran, (2) Peningkatan motivasi
belajar siswa , (3) Peningkatan prestasi belajar kimia siswa khususnya pada
kompetensi larutan. Penelitian tindakan kelas ini lebih menekankan dampak
langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam
mengelola proses pembelajaran di kelas.
Manfaat
penelitian bagi guru adalah a). Dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran kimia pada kompetesi larutan, b). Guru akan
memiliki banyak pengalaman membuat penelitian tindakan kelas yang hasilnya
sangat bermanfaat terhadap kemajuan pembelajaran kimia sehingga lebih bermakna
dan dapat ditularkan kepada guru-guru yang lain. Sedangkan bagi siswa: a).
Siswa akan memiliki motivasi yang lebih dalam mengikuti proses pembelajaran
kimia. b). Siswa akan memiliki
keberanian bertanya dan mengungkapkan pendapat dalam mengikuti proses
pembelajaran kimia.
KAJIAN TEORITIS
Kompetensi dan Prestasi Belajar Kimia
Kompetensi merupakan segala sesuatu
yang akan dimiliki peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus
dirumuskan dalam pembelajaran. Kompetensi yang jelas, mampu memberikan petunjuk
yang jelas pula terhadap materi yang dipelajarinya. Mulyasa ( 2005 : 76 )
mengatakan bahwa setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan, nilai, sikap yang direfleksikan dengan kebiasaan berfikir dan
bertindak. Kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam ketuntasan
kompetensi dapat menjadi modal utama untuk bersaing, karena persaingan yang
terjadi adalah pada kemampuan. Menurut Kurikulum 2004 ” Kerangka Dasar” , dijelaskan bahwa ”
Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai hidup yang
diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Berkaitan dengan perumusan
tersebut, maka kompetensi dapat dikenali melalui dari sejumlah hasil belajar
dan indikator yang dapat diukur dan diamati. Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan hasil karya peserta
didik, dengan bukti adanya penguasaan terhadap suatu kompetensi sebagai hasil
belajar.
Nana Sudjana ( 1986 : 5 ) mengemukakan
bahwa ” Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang”. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono ( 1991 : 121 )
mengemukakan bahwa ” Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan”.Dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar kimia adalah hasil
belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar yang ditunjukkan
dengan nilai tes kimia yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat proses perubahan
dalam pemikiran tingkah laku.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangatlah penting
dalam mendukung kemajuan siswa dalam mengikuti pelajaran , sehingga siswa akan
dapat menyerap dan mendapatkan materi dengan baik. Muhammad Nur (1999: 2)
mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan,
membimbing dan mempertahankan prilaku dalam rentang waktu tertentu. Dalam
definisi itu terkandung arti bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan
seseorang berbuat, membuat sesorang untuk tetap berbuat dan menentukan ke arah
mana seseorang berbuat.
Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi
instrinsik dan ekstrinsik. Muhammad Nur (1999 : 36) menjelaskan bahwa motivasi
instrinsik antara lain dapat ditingkatkan dengan cara : (1).membangkitkan minat
siswa, (2) mempertahankan rasa ingin tahu, (3) menggunakan berbagai macam model
presentasi yang menarik, dan (4) membantu siswa menetapkan tujuan mereka
sendiri. Namun demikian, tidak setiap mata pelajaran secara
instrinsik menarik bagi siswa.
Pendekatan Kontekstual
Untuk menghindari dan mengantisipasi
kejenuhan siswa, maka perlu adanya pembentukan konsep penting yang harus
dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah
pembelajaran kontekstual ( contextual teaching and learning ).
Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuanya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu
yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, ketrampilan dari hasil “
menemukan sendiri” dan bukan dari “ apa kata guru”. Pemahaman, penyajian ilmu
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen
Dikdasmen, 2001 : 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat
diarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran
di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Pembelajaran kontekstual dilaksanakan
sebagai aplikasi dalam pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang
sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif
yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat hafalan saja. Siswa
harus aktif mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan ketrampilan secara
mandiri. Peran guru dalam contextual
learning berbeda dengan perannya dalam kelas tradisional. Dalam kelas
tradisional, guru merupakan satu-satunya penguasa dan pemberi informasi, guru
memberikan informasi pengetahuan dan siswa yang baik menyerap pengetahuan
tersebut tanpa banyak bertanya. Di sisi lain pada kelas kontekstual, setelah
pembelajaran berlangsung guru berperan sebagai fasilitator, guru sekedar
memberikan informasi untuk merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk
bertanya dan mengemukakan ide-idenya.
Menurut Suryanto ( 2002 : 21)
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
menggunakan bermacam-macam masalah kontekstual sebagai titik awal sedemikian
hingga siswa belajar dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuanya untuk
memecahkan masalah, baik masalah nyata maupun masalah simulasi, baik masalah
yang berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah, situasi sekolah, maupun
masalah di luar sekolah, termasuk masalah-masalah ditempat kerja yang relevan.
4. Media Mindjet Mind Manager
Bermacam-macam
media yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada
siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang
masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Media
bila dikaitkan dengan pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam proses
pembelajaran yang berupa perangkat keras ( hard ware ) maupun perangkat lunak (
soft ware ) untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan
efisien, serta mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan
slide powerpoint ternyata kurang dapat meringkas dan memadatkan materi agar
penyampainya lebih cepat. Untuk membantu mempercepat penyampaian materi kepada
siswa, selain tetap mempertahankan tampilan estetikanya, sehingga tetap menarik
untuk selalu mengikuti materi pelajaran digunakan media software mindjet mind
manager. Dimana dengan software ini, kita dapat membuat peta konsep dari suatu
materi pelajaran. Kemudian kita bisa menambahkan beberapa contoh multimedia dan
bahkan link-link menuju internet secara langsung seperti halnya yang dapat kita
lakukan dengan menggunakan powerpoint.
Hipotesis Tindakan
Dari rumusan masalah di atas, maka
hipotesis penelitian ini adalah :
Melalui pendekatan
kontekstual dengan media mindjet dapat meningkatkan hasil belajar kimia larutan
pada siswa kelas XI TGB semester 3 MAN 2 MAJALENGKA Tahun Pelajaran 2016/2017
“.
PELAKSANAAN
PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang mengambil setting di MAN 2 MAJALENGKA, dengan subjek
penelitian Siswa kelas XI TGB dengan jumlah siswa sebayak 31, terdiri dari 30
laki-laki dan 1 perempuan.
Sebelum melakukan kegiatan penyusunan
program pembelajaran seorang guru dituntut untuk mengetahui kondisi awal tentang karakter peserta didik dan
permasalahan yang dihadapi di kelas dan variabel-variabel yang mempengaruhi
dalam kegiatan pembelajaran. Bagi seorang guru, menyusun program pembelajaran
adalah sebuah kewajiban dari tugas pokok. Program pembelajaran harus fungsional
dan merupakan rencana yang disusun melalui format tertentu yang dikenal dengan
RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
). RPP harus berfungsi sebagai rencana pribadi seorang guru, sebagai tempat
untuk menuangkan ide atau gagasan dalam pembelajaran di kelas melalui scenario
dan rekayasa pembelajaran. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kegiatan untuk
Standar Kompetensi “ Memahami konsep
larutan “
Rencana
Tindakan
Untuk mengetahui efektivitas tindakan,
terlebih dahulu dilakukan pengambilan data awal, melalui observasi dan tes awal
sebagai pra siklus.
Tindakan kelas dilakukan sebanyak 2
siklus. Tahapan yang dilalui setiap siklus penelitian adalah : (a) Perencanaan
( planning ) yang meliputi penyusunan
RPP, scenario pembelajaran, penyusunan lembar observasi dan penyusunan alat
evaluasi, (b) Pelaksanaan ( acting )
yaitu melaksanakan scenario pembelajaran, (c) Observasi ( observing ) yaitu melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dan penelitian, dan (d) Refleksi ( reflecting )yaitu melakukan diskusi dan evaluasi secara kolaboratif
terhadap hasil penelitian sebagai dasar menyusun perencanaan siklus selanjutnya
dan pengambilan kesimpulan.
Indikator
Keberhasilan Tindakan
Setelah
penelitian selesai, diharapkan sekurang-kurangnya :
1. 80 % siswa memiliki motivasi belajar kimia yang
ditandai dengan aktif mengumpulkan tugas dan presentasi yang baik.
2. 85 % siswa memiliki prestasi belajar kimia lebih dari
75 atau termasuk kategori baik ( B ) ke
atas.
Teknik
Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan
teknik pendokumentasian, observasi dan pengamatan unjuk kerja ( performance )
untuk mengetahui data kualitatif berupa kemajuan tiap siklusnya, serta penugasan
( Project ) dan ulangan / test tertulis ( Paper and pencil test ) untuk
mengumpulkan data kuantitatif berupa data nilai siswa.
Guna menggali dan mengumpulkan data
diperlukan instrument berikut :
1. Jenis data yang dikumpulkan :
a.
tingkat
pemahaman materi
b.
tingkat
keaktifan
c.
tingkat
minat belajar siswa
d.
hasil
presentasi siswa
e.
hasil
belajar siswa
f.
foto
kegiatan siswa
2. Alat pengumpul data :
a.
Kuisioner untuk mengungkap minat dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran
b.
Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dan guru
pada saat melaksanakan tindakan kelas
c.
Pedoman wawancara untuk siswa, guru kolaborator saat
berlangsung tindakan kelas
d.
Learning logs siswa untuk mengungkap pendapat, perasaan
dan perbaikan perencanaan pembelajaran berikutnya
e.
Alat evaluasi berupa soal-soal untuk mengukur tingkat
penguasaan dan pemahaman materi kimia
Analisis
Data
Cara melakukan analisis
data dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif
dimunculkan dalam bentuk deskripsi angka dan nilai tugas maupun nilai ulangan
kimia siswa. Sedangkan data kualitatif akan dimunculkan dalam bentuk
catatan harian observer / kolaborator.
Analisis
Tindakan meliputi :
- Perencanaan
( Planning )
Persiapan
penelitian meliputi :
- menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
- membuat scenario pembelajaran kontekstual dengan
media mindjet mind manager.
- menyusun petunjuk kegiatan kerja bagi siswa /
kelompok
- menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran di
kelas
- menyusun alat evaluasi tindakan berupa : pedoman
wawancara, lembar observasi KBM, angket siswa, learning logs siswa, dan
soal-soal evaluasi di kelas.
- Pelaksanaan
Tindakan ( Acting )
a.
Skenario Tindakan Guru :
Langkah-langkah
pelaksanaan penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut :
1). Guru bersama siswa menentukan kompetensi dasar yang
menjadi permasalahan, selanjutnya dikembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru.
2). Guru bertindak
sebagai fasilitator dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara
menemukan sendiri ( inquiry ) untuk semua kompetensi dasar
3). Guru
mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara tanya jawab
4). Guru
menciptakan masyarakat belajar / belajar dalam kelompok
5). Guru
peneliti bersama guru kolaborator dan siswa melakukan refleksi disetiap akhir
pertemuan guna menentukan tindak lanjut berikutnya.
6). Guru bersama
siswa melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, tentang proses,
hasil penggunaan teknik ini.
b.
Skenario Tindakan untuk Siswa
1). Siswa
membentuk kelompok yang berjumlah 4-6 orang
2).Menunjuk masing-masing satu orang sebagai ketua tim
dan sekretaris
3).Menggunakan seperangkat media pembelajaran yang sudah
tersedia di kelas untuk mendemonstrasikan kegiatan dan lembar kegiatan siswa.
4). Menerima penjelasan guru
5). Malakukan demonstrasi, berdiskusi dan mengerjakan
tugas
6). Ketua tim mepresentasikan hasil kerja pada kelompok
kecil untuk mengoreksi kekurangannya.
7). Ketua tim mempresentasikan hasil kerja kelompok di
depan forum kelas dilanjutkan tanggapan dari kelompok lain.
8). Mendengarkan, mencatat penguatan dari guru.
9). Mengerjakan evaluasi ( Individual )
3. Observasi / Pengamatan
Observasi kegiatan pembelajaran
dilaksanakan secara kolaboratif dengan menggunakan formatpengamatan proses
pembelajaran yang telah tersedia, selanjutnya dilakukan pengolahan data yang
terekam selama kegiatan berlangsung untuk memaknainya serta evaluasi secara
kolaboratif untuk melihat tingkat keberhasilan dan pencapain tujuan. Dalam
kegiatan observasi ini dapat direkam kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung.
Observasi dan monitoring dilakukan
secara triangulasi oleh guru, kolaborator, dan siswa untuk mendapatkan data
yang akurat. Hasil monitoring dan observasi dapat dilihat dari hasil analisis
data, hasil tes, lembar observasi, catatan lapangan learning logs siswa dan wawancara.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis data dan evaluasi
kegiatan, peneliti dan kolaborator merefleksi kegiatan setiap siklus untuk
melihat kelemahan dan kelebihan guna perbaikan perencanaan pada siklus
berikutnya. Refleksi ini dapat juga didasarkan dari jurnal yang dibuat guru
setelah selesai pembelajaran, learning
logs yang dibuat siswa, serta hasil kerja kelompok.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi
Awal
Kondisi awal siswa sebelum
diteliti adalah sebagai berikut : nilai raport semester 2 kelas X TGB kurang
baik karena belum ada siswa yang mendapat nilai A, 8 siswa (25,81 %) yang
mendapat nilai pada batas tuntas 75, dan 23 siswa (74,19%) yang mendapat nilai
di atas 75. Motivasi siswa pun rendah dan mereka tidak perduli akan mendapatkan
nilai berapa dan ada beberapa siswa sewaktu kelas X TGB sering tidak
mengumpulkan tugas. Kelas XI Teknik Gambar Banguan ( TGB ) termasuk kelas yang
prestasinya tidak lebih baik dari program teknik mekanik otomotif dan teknik
pemesinan, sehingga peneliti ingin mengatasi masalah mereka memperbaiki pola
belajar mereka, mulai menyukai pelajaran kimia dan mendapatkan prestasi belajar
yang lebih baik dari pada prestasi sebelumnya.
Berdasarkan observasi dan tes awal
sebagai pra siklus minat belajar siswa
baru 65 % dan tingkat penguasaan materi kimia
75 % . Dari tes awal sebagai para siklus
diperoleh rata – rata nilai
sebesar 77,61 .
. Hasil
Penelitian
Berdasarkan analisis data yang
diperoleh dari kuisioner, lembar observasi/pengamatan, wawancara, learning logs siswa dan hasil evaluasi
menunjukkan hasil sebagai berikut :
Siklus I
Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran
masih banyak mengalami banyak hambatan, diantaranya : (1) instruksi guru kurang
jelas sehingga siswa banyak yang bingung dalam mengerjakan tugas, (2) kegiatan
demonstrasi dan diskusi belum lancar karena hanya didominasi oleh siswa yang
pandai, sehingga keterlibatan dan partisipasi siswa tidak maksimal, (3)
penggunaan buku referensi belum maksimal, masih banyak kelompok yang hanya
menggunakan satu buku sumber saja, (4) pada tahap presentasi di depan kelas ,
presenter belum siap begitu pula audien dalam memberikan tanggapan dan respon
masih kurang sehingga tampak kaku walaupun ada hanya bersifat dua arah sehingga
diskusi kelas belum tampak hidup.
Hambatan-hambatan yang terekam dalam
pembelajaran siklus ini diantaranya dipengaruhi (1) Aspek KBM : Siswa belum
terbiasa dengan diskusi kelompok, belum trampil mengoperasikan mind manager,
sehingga masih kebingungan ( 2) Aspek
Guru : pembelajaran tidak berjalan secara alami karena kehadiran kolaborator
mempengaruhi kinerja guru sehingga menjadi canggung dan suasana kelas masih
tampak kaku / belum kondusif (3) Aspek
siswa : kehadiran kolaborator dan model pembelajaran yang baru menjadikan siswa
kurang bebas bicara dan merespon pembelajaran karena siswa merasa diawasi oleh
orang yang asing dan belum dikenal sehingga takut salah.
Refleksi
: dari observasi pada siklus I, bahwa pembelajaran secara multiarah belum
berlangsung dengan baik, hanya didominasi oleh beberapa siswa yang agak pandai
sehingga suasana diskusi setelah pendemostrasian mindjet kurang begitu hidup.
Siklus II
Berdasarkan refleksi siklus sebelumnya,
diadakan perbaiakan pembelajaran pada aspek KBM, guru dan siswa. Guru memberikan
instruksi dan penjelasan secara rinci mengenai langkah-langkah kegiatan belajar
dengan pendekatan kontekstual menggunakan media mindjet mind manager, serta
tugas –tugas yang harus dilakukan oleh kelompok. Siswa dilatih cara
mengoperasikan LCD dan menggunakan instruksi-instruksi pada laptop. Selanjutnya
guru memberikan pengertian kepada siswa tentang keberadaan guru kolaborator
sehingga siswa menerima keberadaannya serta memotivasi siswa, memberikan
bimbingan secukupnya bagi kelompok yang membutuhkan bantuan.
Pada siklus II diusahakan siswa
memiliki referensi lebih dari satu buku. Demikian pula jumlah alat peraga
ditingkatkan. Sehingga siswa merasa mudah mencari dan menemukan sendiri
pengetahuan tentang konsep-konsep nimia, dengan harapan diskusi bisa lebih
bermakna. Dibandingkan siklus I , pada siklus II terdapat
peningkatan pada semua aspek. Siswa semakin tahu tugas dan tanggung jawab yang
harus dikerjakan. Hal ini tampak pada jalannya diskusi dan presentasi yang
semakin hidup, siswa saling melontarkan pertanyaan, jawaban ataupun sanggahan
dengan argumentasi yang semakin bagus, sehingga pembelajaran nampak berkualitas
dan bermakna.
Permasalahan yang dijumpai diantaranya
: (1) ketika penyaji belum bisa menjawab pertanyaan, mereka banyak menyita waktu
untuk mencari jawaban dalam buku referensi, (2) persiapan siswa belum maksimal,
(3) sebagian penyaji kurang percaya diri, (4) pertanyaan dari siswa sebagian
belum mengarah kepada pertanyaan tingkat tinggi.
Permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam siklus I diperbaiki pada siklus II untuk mengurangi keterbatasan /
kekurangan dan menguatkan keunggulan yang telah dicapai pada siklus sebelumnya.
Siswa diberikan keleluasaan dalam mengoperasikan mindjet pada Laptop yang ditayangkan memlalui LCD sehingga
siswa semakin percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi. Sehingga pada
akhir siklus ini bisa menampakkan hasil seperti yang diharapkan.
. Analisis dan
Interpretasi Data Hasil Belajar
1.
Pemahaman Materi
Berdasarkan analisis data kuisioner, learning logs siswa dan wawancara dari
penerapan pendekatan kontekstual dengan media mindjet secara kuantitatif
terjadi peningkatan penguasaan materi kimia khususnya kompetensi larutan
elektrolit dan elektrokimia secara signifikan.
Grafik 1 : Learning logs minat belajar dan
penguasaan materi
Keterangan Grafik (1) Pra Siklus (2) Siklus I (3) Siklus II
Dari data di atas terlihat adanya
pemahaman konsep kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan secara
signifikan. Peningkatan minat dan aktivitas siswa pada pra siklus sebesar 55 %,
pada siklus I meningkat menjadi 60 % dan pada siklus II meningkat menjadi 75 %.
Sedangkan berdasarkan analisis data dari kuisioner dan wawancara siswa juga
mengalami peningkatan penguasaan materi kimia, mulai dari pra siklus, siklus I,
dan siklus II secara beturut-turut adalah 65%, 75% dan 82 %.
Dari learning logs juga terungkap bahwa daya tangkap dan pemahaman
materi pelajaran meningkat. Suasana kelas lebih rileks, lebih bermakna,
menyenangkan, tidak tertekan dan bebas mengungkapkan pendapat.
2.
Minat dan Keaktifan Siswa
Melalui lembar pengamatan dari
kolaborator terungkap tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas dapat
terekam seperti dalam tabel berikut :
Aspek
|
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Responsif dalam pembelajaran
|
55%
|
60%
|
75%
|
Motivasi penguasaan materi
|
65%
|
75%
|
82%
|
Penyelesaian tugas
|
75%
|
90%
|
100%
|
Mengemukakan pendapat
|
45%
|
65%
|
70%
|
Menjawab pertanyaan
|
40%
|
65%
|
80%
|
Bertanya
|
35%
|
40%
|
65%
|
Suasana kelas kondusif/aktif
|
70%
|
80%
|
85%
|
Mencatat hal-hal penting
|
75%
|
80%
|
90%
|
Presentasi hasil diskusi
|
50%
|
65%
|
81%
|
Kerja kelompok
|
60%
|
85%
|
95%
|
Tabel : Tingkat
keaktifan siswa dalam pembelajaran
Keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan
perkembangan yang sangat signifikan. Karena belajar dalam suasana yang
menyenangkan, siswa mudah menerima dan memahami materi. Respon siswa terhadap
pembelajaran dari Siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan karena guru
peneliti selalu memberikan penjelasan dan memotivasi siswa untuk turut
berpartisipasi dalam penciptaan suasana yang kondusif.
Keaktifan siswa juga mengalami perkembangan,
hal ini lebih tampak pada waktu kerja kelompok dalam membahas permasalahan
kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan yang dihadapi lebih
menyenangkan karena dengan menggunakan media mindjet mind manager pengamatannya
lebih jelas. Siswa lebih berani mempresentasikan hasil diskusi di kelas, berani
menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan dan bahkan melontarkan pertanyaan
kepada siswa lain sehingga suasana pembelajaran lebih hidup.
3. Hasil
Belajar
Dampak penerapan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dengan media mindjet mind manager terlihat pada hasil
belajar siswa dan ketuntasan belajar, seperti tampak pada grafiks di bawah ini
:
Grafik 2 :
Ketuntasan belajar dan rata-rata nilai ulangan harian (KKM :75 )
Keterangan Grafik
(1) Pra Siklus (2) Siklus I (3) Siklus II
Rata-rata ulangan harian pada pra
siklus adalah 77,61 dengan ketuntasan 87,09% meningkat menjadi 78,77 pada
siklus I dengan ketuntasan 93,55%, dan pada akhir siklus II meningkat menjadi
80,16 dengan ketuntasan 96,77%. Hal ini dipengaruhi oleh : (1) suasana belajar
yang menyenangkan, (2) siswa dilatih sehingga mampu menemukan dan membangun
pengetahuan sendiri, (3) pembelajaran lebih bermakna dan siswa masih dapat
mengingat dalam waktu yang relatif lama.
Dilihat dari nilai akhir siklus II,
siswa yang mendapat nilai A adalah 6 siswa (19,36%), yang mendapat nilai B
sebanyak 23 siswa (74,19%) dan yang mendapat nilai C sebanyak 2 siswa (6,45%).
Jadi yang mendapat nilai B ke atas sebanyak 93,55% ( lebih besar dari indikator
kinerja ). Hasil ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi
memahami konsep larutan sangat baik,
karena pembelajaran berlangsung baik pula. Baiknya proses pembelajaran dapat dilihat
dari kenyataan bahwa telah terjadi interaksi aktif multiarah meskipun belum
maksimal. Dengan memperhatikan kenyataan bahwa proses pembelajaran berlangsung
baik dan sebagian besar siswa telah mendapat nilai B ke atas yaitu 93,55%, maka
terdapat peningkatan prestasi belajar kimia khususnya kompetensi memahami
konsep larutan melalui pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual dengan media mindjet mind manager.
SIMPULAN
DAN SARAN-SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia mindjet, proses
pembelajaran kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan pada siswa
kelas XI TGB Semester 3 MAN 2 MAJALENGKA tahun pelajaran 2016/2017 telah
berjalan lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya.
Saran
Pemahaman
materi kimia untuk siswa dapat meningkat bila digunakan model pembelajaran yang
menyenangkan dan mendorong siswa aktif dan berbuat. Penelitian ini perlu
ditindaklanjuti untuk menemukan dan menciptakan model pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Oleh
karena itu kepada para guru MAN 2 MAJALENGKA pada khususnya dan para guru pada
umumnya disarankan untuk dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual
bermedia mindjet..
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono ( 1991 ). Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas.A.( 2002 ). Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 5 : Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Depdiknas. Jakarta.
Depdiknas.B.( 2002). Pendekatan
Kontekstual ( Contextual Taeching and Learning ). Depdiknas. Jakarta.
Mulyasa, E.( 2002 ). Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Remaja Rosda Karya. Bandung
Muhammad Nur ( 1999 ). CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
Nana Sudjana ( 1995 ). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya.
Bandung.
Suharsimi Arikunto ( 2002 ). Prosedur Penelitian dalam Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta
No comments:
Post a Comment