Pages

Monday, 15 January 2018

Soal dan Pembahasan Asam dan Basa





Soal 1
Menurut Arrhenius H2O bersifat netral karena.. . .
A. Bersifat nonpolar
B. H2O tidak berwarna
C. Merupakan pelarut universal
D. Molekul H2O tidak mudah terurai
E. Menghasilkan ion H+ dan OH- yang sama banyak.

Jawaban : E

Soal 2
Asam basa dari reaksi berikut yang tidak dapat dijelaskan dengan teori Arrhenius adalah . . . . .
A. HNO2 ==> H+ + NO2-
B. NaOH ==> Na+ + OH-
C. Ca(OH)2 ==> Ca2+  + 2OH-
D. H3PO4 ==> 3H+ + PO43-
E. HCl + KOH ==> KCl + H2O

Jawabab: E

Soal 3
Diketahui rekasi berikut :
HNO3 + CH3COOH <==> CH3COOH2+ + NO3-
Pasangan yang merupakan asam basa konjugasi adalah . . . .
A. CH3COOH dan CH3COOH2+
B. HNO3 dan CH3COOH2+
C. CH3COOH dan HNO3
D. NO3- dan CH3COOH2+
E. CH3COOH dan NO3-

Jawaban : A

Soal 4
Ikatan antara boron trriflurida dengan amonia merupakan ikatan kovalen. Boron trifuorida sebagai asam karena menerima pasangan elektron. Teori tersebut dikemukakan oleh . .
 . .
A. Lowry
B. Lewis
C. Dalton

D. Arrhenius
E. Bronsted

Jawaban : B

Soal 5
Diantara bahan baku berikut yang dapat digunakan sebagai indikaor alami asam basa adalah . . .
A. Asam sitrat
B. Asam malat
C. Asam tanat
D. Asam butirat
E. Asam tartarat

Jawaban : A

Soal 6
Cara paling tepat untuk membuktikan bahwa larutan natrium hidroksida bersifat basa adalah . . . .
A. Mencicipinya, apabila terasa pahit berarti basa
B. Mencampur dengan cuka, apabila terbentuk gelembung berarti basa
C. Menguji dengan kertas lakmus merah, jika berubah warna jadi biru berarti basa
D. Mencampur dengan air jeruk nipis, apabila terbentuk garam dapur berarti basa
E. Menguji dengan kertas lakmus biru , apabila berubah jadi warna merah berarti basa.

Jawaban : C

Soal 7
Jika larutan X ditetteakan pada kertas indikator universal dan kertas indikator universal menunjukkan perubahan warna ungu tua maka larutan X bersifat . . . .
A. Asam lemah
B. Basa lemah
C. Adam kuat
D. Basa kuat
E. Netral

Jawaban : D

Soal 8
Data trayek pH perubahan warna beberapa indikator sebagai berikut :
Indikator.       Warna.                Trayek pH
Metil merah.  Merah - Kuning.  4,4 - 6,2
Brom biru.      Kuning - biru.      6.0 - 7.6
Fenolftalein.   Tdk brwrn - mrh. 8,3. - 10,0
Suatu larutan diuji dengan beberapa indikator tersebut dan menghasilkan pH 4,4 < pH 6,0. Warna yang terjadi pada indikayor tersebut adalah . . .
A. Metik merah = merah
B. Metil merah = jingga
C. Bromtimol biru = biru
D. Bromtimol biru = hijau
E. Fenolftalein = merah

Jawaban: B

Soal 9
Massa kalsium hidroksida yang harus dilarutkan ke dalam air hingga volumenya 500 mL agar diperoleh larutan dengan pH = 12 + log 5 adalah . . . .gram
A. 0.925
B. 0.463
C. 9.25
D. 46.25
E. 92.5

Jawaban :

Soal 10
Sebanyak 0.49 gram H2SO4 dilarutkan dalam 1 liter aquades. Jika Ar H = 1, Ar S = 32 dan O = 16 maka pH larutan yang terbentuk adalah. . . .
A. 2 + log 1
B. 3 - log 5
C. 3 + log 5
D. 11 + log 5
E. 12 + log 5

Jawaban :

Soal 11
Harga pH larutan yang terbesar terdapat dalam larutan. . . .(Ar H = 1, Na = 23. O = 16 dan Ca = 40)
A. 0.1 mol KOH dalam 1 liter larutan
B. 0.01 mol KOH dalam 1 liter larutan
C. 0.4 gran NaOH dalam 1 liter larutan
D. 0.1 mol Sr(OH)2 dalam 2 liter larutan
E. 0.74 gram Ca(OH)2 dalam 0.5 liter larutan

Jawaban :



Soal 12

Air sebanyak 150 mL ditambahkan kedalam 50 mL larutan H2SO4 0.p1 M. pH larutan terberubah dari . . . . .
A. 3 - log 2 menjadi 4 - log 5
B. 3 - log 2 menjadi 4 - log 2.5
C. 3 menjadi 3 - log 1.3
D. 3 menjadi 4 - log 3
E. 3 menjadi 4 - log 2.5

Jawaban :

Soal 13
Sebanyak 5 mL larutan HCOOH (Ka =4 x 10^-4) dengan pH 4 ditambah air sehingga pH nya menjadi 5. Volume larutan menjadi . . . .mL
A. 100
B. 250
C. 495
D. 500
E. 1.000

Jawaban :

Soal 14
Larutan NH4OH 0.5 M terionisaai sebanyak 20 %. Harga pOH larutan tersebut adalah. . . 
A. 1 - log 7.07
B. 2 - log 7.07
C. 3 - log 7.07
D. 9 + log 7.07
E. 12 + log 7.07

Jawaban :

Soal 15
Suatu asam lemah dengan derajat ionisasi= 0.1 dan pH = 4 mempunyai konsentrasi. . . . M
A. 0.001
B. 0.002
C. 0.003
D. 0.010
E. 0.020

Jawaban

Thursday, 11 January 2018

11 Langkah Cara Buat Blog

Melalui artikel berikut, saya akan berbagi panduan lengkap cara membuat blog yang cocok sekali bagi pemula. Tenang saja, meskipun tulisan saya ini seperti cakar ayam, saya akan berusaha menyajikannya sebaik dan sedetail mungkin.
Terdapat puluhan platform untuk membuat blog. Maka dari itu, terlebih dahulu anda harus memutuskan platform mana yang ingin anda gunakan, entah itu wordpress, blogger, tumblr, jimdo, webs, squidoo, atau lain sebagainya.
Kalau menurut saya, platform yang paling populer, mudah, dan cocok sekali bagi pemula adalah blogger. Lalu bagaimana langkah-langkah cara membuat blog di blogger? Yuuk simak langkah-langkahnya sebagai berikut :
Langkah-langkah cara membuat blog
1. Pertama-tama buka situs  blogger.com   Kemudian klik CREATE YOUR BLOG untuk membuat blog baru.

2. Masukkan alamat gmail anda. Jika anda belum punya akan gmail, silakan baca artikel saya mengenai cara membuat email di gmail. Setelah itu, pilih BERIKUTNYA.

3. Kemudian masukkan password akun gmail anda dengan benar, lalu pilih BERIKUTNYA.

4. Terlebih dahulu anda harus memilih profil mana yang akan anda gunakan. Anda bisa menggunakan profil Google+ atau profil Blogger biasa. Dalam tutorial ini saya menyarankan menggunakan profil Google+ saja. Maka dari itu, pilih Buat profil Google+.

5. Form profil akan terisi secara otomotis. Jika ada yang perlu diubah, entah itu nama, jenis kelamin atau tanggal lahir, anda bisa mengeditnya disini. Jika sudah selesai mengedit, silakan pilih CREATE PROFILE.

6. Pada tahap ini anda bisa menambahkan foto profil anda. Anda bisa menambahkan atau mengganti foto profil nanti, jadi pilih SKIP.

7. Profil Google+ anda sudah berhasil dibuat. Setelah itu, pilih Lanjutkan ke Blogger.


8. Untuk membuat blog baru, pilih tombol BUAT BLOG BARU yang terletak di samping kanan. Lebih jelasnya, anda bisa melihat gambar dibawah ini.

9. Anda akan melihat tampilan seperti berikut ini. Silakan isi sesuai putunjuk nomor dibawah ini :

§   Nomor 1 : Isi dengan judul blog baru anda, misal Blog Seputar Teknologi Terkini.
§   Nomor 2 : Isi dengan alamat url pada blog anda, misal nesabatekno.blogspot.com. Jika ada tanda                       centang disampingnya berarti alamat blog tersebut tersedia.
§  Nomor 3 : Pilih tema yang anda sukai untuk blog baru anda.
10. Setelah itu, pilih Buat blog!
11. Selamat blog baru anda selesai dibuat. Tapi jangan keburu kabur dulu, yuk sekalian belajar juga mengenai menu-menu yang terdapat pada blogger, bagaimana sih cara menulis konten di blogger dan lain sebagainya.

Tuesday, 9 January 2018

Karya Tulis Ilmiah (PTK Kimia)



PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA LARUTAN
 MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERMEDIA MINDJET
 PADA SISWA KELAS XI IPA 1  MAN 2 MAJALENGKA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Satiman*)  


Abstrak : Kemudahan siswa dalam menerima pelajaran kimia termasuk salah satu kendala utama bagi penyampaian materi oleh guru. Maka media pembelajaran yang akan digunakan harus diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang akan disampaikan. Tujuan penelitian disini adalah untuk menerapkan pembelajaran kontekstual bermedia mindjet pada mata pelajaran kimia untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan bahwa pada akhir siklus ke-2  :(1) sekurang-kurangnya 80 % siswa memiliki motivasi belajar kimia  dan aktif belajar kimia, (2) sekurang-kurangya 85 % siswa memiliki prestasi belajar kimia lebih 75 atau termasuk kategori B ke atas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan tahap-tahap : planning, acting, obseving dan reflecting  yang saling berkesinambungan dan berulang dari Pra Siklus, siklus I dan siklus II.
Dampak penggunaan pendekatan kontekstual bermedia mindjet selama penelitian berjalan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman materi kimia yang ditunjukkan perolehan hasil ulangan harian pra siklus, siklus I dan siklus II selalu mengalami perkembangan. Pada pra siklus nilai rata-rata 77,61 dengan ketuntatasan belajar 87,09 %, siklus I nilai rata-ratanya 78,77 dengan ketuntasan belajar 93,55 % dan pada siklus II nilai rata-ratanya 80,16 dengan ketuntasan belajar   96,77 % dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal  75. Kenaikan nilai rata-rata ini menunjukkan daya serap cukup signifikan dan terjadi peningkatan prestasi belajar.

Kata Kunci : Pendekatan kontekstual, Media Mindjet, Hasil belajar kimia
Abstract: The ease students receive lessons in chemistry including one major obstacle for the delivery of content by teachers. So the learning media that will be used must be integrated with the objectives and learning content that will be delivered. The purpose of the research here is to apply contextual learning on the subjects of media mindjet chemistry to improve the quality of learning. This classroom action research aims that by the end of the 2nd cycle: (1) at least 80% of students have motivation to learn chemistry and chemical active learning, (2) lack of at least 85% of students have learning achievement more than 75 chemicals, including category B or above. Classroom action research was conducted in two cycles with stages: planning, acting, and reflecting the mutual obseving continuous and repetitive of the Pre-Cycle, cycle I and cycle II.
The impact of media use contextual approach mindjet during the study runs show an increase in understanding of chemical materials which are shown daily tests pre-acquisition results of the cycle, the cycle I and cycle II always experiencing growth. In the pre-cycle average value of 77.61 with 87.09%  learning completeness, I cycle the average value of 78.77 with 93.55% and mastery learning in cycle II, the average value of 80.16 with learning completeness 96, 77% by using the thoroughness Minimum Criteria 75. The increase in the average value shows a significant absorption and an increase in learning achievement.

Keywords: contextual approach, Media Mindjet, results of studying chemical

 

PENDAHULUAN

Latar belakang penelitian bahwa salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMK adalah Kimia, yang dianggap oleh para siswa termasuk pelajaran yang sukar. Oleh karena mata pelajaran kimia bagi siswa SMK merupakan pelajaran yang baru, maka sulit dimengerti oleh siswa terutama kelas X. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian terhadap siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan ( TGB ) dengan dilatar belakangi bahwa input siswa yang masuk program ini memiliki nilai yang pas-pasan  ( kurang ) dibandingkan dengan program keahlian yang lain. Di sisi lain selama di kelas X prestasi siwa dalam mata pelajaran kimia kurang memuaskan. Nilai raport kimia pada semester I rata-rata 77,13 sedangkan nilai raport pada semester II rata-rata 77,61 belum ada yang mendapatkan nilai A. Dengan belum adanya siswa yang mendapatkan nilai A menandakan bahwa siswa kelas tersebut kurang berprestasi. Kurang berprestasinya  siswa tersebut barangkali disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih belum standar yaitu pembelajaran dengan cara konvensional yang bersandar pada buku teks, modul, LKS, pemberian tugas setelah penyelesaian satu atau beberapa kompetensi, diberikan tugas ulangan, ulangan tengah semester dan ulangan semesteran. Proses pembelajaran yang telah dilakukan barang kali berjalan dengan datar dan tidak menarik sehingga motivasi untuk belajar sangat rendah.         Mengingat mata pelajaran kimia marupakan mata pelajaran adaptif yang sangat mendukung mata diklat produktif, maka ada pemikiran untuk memberikan pembelajaran kimia melalui pembelajaran kontekstual bermedia mindjet. Pertanyaan yang muncul ialah dapatkah pembelajaran kimia di MAN 2 MAJALENGKA dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual.
        Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan mensukseskan implementasi kurikulum KTSP. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak ” mengalami ” apa yang dipelajarinya, bukan sekedar  ” mengetahuinya ”. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang dipelajari berguna bagi kehidupanya kelak.
        Dalam pembelajaran kontekstual ini konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong para siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan teori dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dengan mengaitkan ketika belajar siswa akan turut langsung dalam pengalaman belajar yang akan membuat hasil belajar lebih bermakna ( Dirjen Dikdasmen, 2002 : 26 )
        Media pembelajaran yang popular digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan audio visual dan sekarang banyak yang menggunakan media mikrosoft, karena sifatnya dapat mengakses berbagai macam data dan fasilitas untuk memotivasi siswa dalam belajar. Dalam mengenalkan materi kimia khususnya kompetensi memahami  konsep larutan , untuk mengenalkan konsep elektrolit-non elektrolit, teori ionisasi, larutan asam dan basa serta aplikasi eletrokimia dalam praktek sehari-hari, melalui media mikrosoft mindjet yang telah dikemas dalam bentuk instruksi pengajaran sendiri berisi serangkaian contoh dan instruksi yang harus dikerjakan oleh siswa secara manual. Dalam program tersebut juga telah dilengkapi evaluasi untuk mengukur seberapa kadar pemahaman siswa terhadap kompetensi yang dipelajari. Disini peranan guru hanya sebagai fasilitator sehingga proses belajar lebih banyak aktivitas siswa.
         Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
” Apakah terdapat peningkatan prestasi belajar kimia larutan melalui pendekatan kontekstual dengan media mindjet pada siswa kelas XI TGB semester 3 di MAN 2 MAJALENGKA Tahun Pelajaran 2010 / 2011 ?”
         Dengan mengacu pada rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil  belajar kimia melalui pendekatan kontekstual bermedia mindjet sebagai sumber belajar pada siswa kelas XI TGB  semester 3 di MAN 2 MAJALENGKA Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut ditandai dengan : (1) Peningkatan kualitas proses pembelajaran, (2) Peningkatan motivasi belajar siswa , (3) Peningkatan prestasi belajar kimia siswa khususnya pada kompetensi larutan. Penelitian tindakan kelas ini lebih menekankan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas.
 Manfaat penelitian  bagi guru adalah a). Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia pada kompetesi larutan, b). Guru akan memiliki banyak pengalaman membuat penelitian tindakan kelas yang hasilnya sangat bermanfaat terhadap kemajuan pembelajaran kimia sehingga lebih bermakna dan dapat ditularkan kepada guru-guru yang lain. Sedangkan bagi siswa: a). Siswa akan memiliki motivasi yang lebih dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.          b). Siswa akan memiliki keberanian bertanya dan mengungkapkan pendapat dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.

KAJIAN TEORITIS
      Kompetensi dan Prestasi Belajar Kimia
        Kompetensi merupakan segala sesuatu yang akan dimiliki peserta didik, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran. Kompetensi yang jelas, mampu memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang dipelajarinya. Mulyasa ( 2005 : 76 ) mengatakan bahwa setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai, sikap yang direfleksikan dengan kebiasaan berfikir dan bertindak. Kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam ketuntasan kompetensi dapat menjadi modal utama untuk bersaing, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan. Menurut Kurikulum 2004    ” Kerangka Dasar” , dijelaskan bahwa ” Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai hidup yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak”. Berkaitan dengan perumusan tersebut, maka kompetensi dapat dikenali melalui dari sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan hasil karya peserta didik, dengan bukti adanya penguasaan terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.
        Nana Sudjana ( 1986 : 5 ) mengemukakan bahwa ” Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono ( 1991 : 121 ) mengemukakan bahwa ” Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.Dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar kimia adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes kimia yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran tingkah laku.
Motivasi Belajar
        Motivasi belajar sangatlah penting dalam mendukung kemajuan siswa dalam mengikuti pelajaran , sehingga siswa akan dapat menyerap dan mendapatkan materi dengan baik. Muhammad Nur (1999: 2) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing dan mempertahankan prilaku dalam rentang waktu tertentu. Dalam definisi itu terkandung arti bahwa motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang berbuat, membuat sesorang untuk tetap berbuat dan menentukan ke arah mana seseorang berbuat.
        Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Muhammad Nur (1999 : 36) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik antara lain dapat ditingkatkan dengan cara : (1).membangkitkan minat siswa, (2) mempertahankan rasa ingin tahu, (3) menggunakan berbagai macam model presentasi yang menarik, dan (4) membantu siswa menetapkan tujuan mereka sendiri. Namun demikian, tidak setiap mata pelajaran secara instrinsik menarik bagi siswa.
Pendekatan Kontekstual
        Untuk menghindari dan mengantisipasi kejenuhan siswa, maka perlu adanya pembentukan konsep penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran kontekstual ( contextual  teaching and learning ).
        Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuanya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, ketrampilan dari hasil “ menemukan sendiri” dan bukan dari “ apa kata guru”. Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001 : 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
        Pembelajaran kontekstual dilaksanakan sebagai aplikasi dalam pemaknaan belajar dan proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Hal ini didasarkan pada landasan teoritis tentang belajar aktif yang tidak semata-mata menekankan pada pengetahuan yang bersifat hafalan saja. Siswa harus aktif mencari, menemukan pengetahuan tersebut dengan ketrampilan secara mandiri. Peran guru dalam contextual learning berbeda dengan perannya dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional, guru merupakan satu-satunya penguasa dan pemberi informasi, guru memberikan informasi pengetahuan dan siswa yang baik menyerap pengetahuan tersebut tanpa banyak bertanya. Di sisi lain pada kelas kontekstual, setelah pembelajaran berlangsung guru berperan sebagai fasilitator, guru sekedar memberikan informasi untuk merangsang pemikiran. Para siswa didorong untuk bertanya dan mengemukakan ide-idenya.
        Menurut Suryanto ( 2002 : 21) mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menggunakan bermacam-macam masalah kontekstual sebagai titik awal sedemikian hingga siswa belajar dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuanya untuk memecahkan masalah, baik masalah nyata maupun masalah simulasi, baik masalah yang berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah, situasi sekolah, maupun masalah di luar sekolah, termasuk masalah-masalah ditempat kerja yang relevan.
        
4.  Media Mindjet Mind Manager
Bermacam-macam media yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Media bila dikaitkan dengan pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam proses pembelajaran yang berupa perangkat keras ( hard ware ) maupun perangkat lunak ( soft ware ) untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penggunaan slide powerpoint ternyata kurang dapat meringkas dan memadatkan materi agar penyampainya lebih cepat. Untuk membantu mempercepat penyampaian materi kepada siswa, selain tetap mempertahankan tampilan estetikanya, sehingga tetap menarik untuk selalu mengikuti materi pelajaran digunakan media software mindjet mind manager. Dimana dengan software ini, kita dapat membuat peta konsep dari suatu materi pelajaran. Kemudian kita bisa menambahkan beberapa contoh multimedia dan bahkan link-link menuju internet secara langsung seperti halnya yang dapat kita lakukan dengan menggunakan powerpoint.
      Hipotesis Tindakan
             Dari rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah :
Melalui pendekatan kontekstual dengan media mindjet dapat meningkatkan hasil belajar kimia larutan pada siswa kelas XI TGB semester 3 MAN 2 MAJALENGKA Tahun Pelajaran 2016/2017 “.




PELAKSANAAN PENELITIAN
        Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengambil setting di MAN 2 MAJALENGKA, dengan subjek penelitian Siswa kelas XI TGB dengan jumlah siswa sebayak 31, terdiri dari 30 laki-laki dan 1 perempuan.
        Sebelum melakukan kegiatan penyusunan program pembelajaran seorang guru dituntut untuk mengetahui kondisi awal  tentang karakter peserta didik dan permasalahan yang dihadapi di kelas dan variabel-variabel yang mempengaruhi dalam kegiatan pembelajaran. Bagi seorang guru, menyusun program pembelajaran adalah sebuah kewajiban dari tugas pokok. Program pembelajaran harus fungsional dan merupakan rencana yang disusun melalui format tertentu yang dikenal dengan RPP   ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ). RPP harus berfungsi sebagai rencana pribadi seorang guru, sebagai tempat untuk menuangkan ide atau gagasan dalam pembelajaran di kelas melalui scenario dan rekayasa pembelajaran. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kegiatan untuk Standar Kompetensi  “ Memahami konsep larutan “

Rencana Tindakan

        Untuk mengetahui efektivitas tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data awal, melalui observasi dan tes awal sebagai pra siklus.
       Tindakan kelas dilakukan sebanyak 2 siklus. Tahapan yang dilalui setiap siklus penelitian adalah : (a) Perencanaan ( planning ) yang meliputi penyusunan RPP, scenario pembelajaran, penyusunan lembar observasi dan penyusunan alat evaluasi, (b) Pelaksanaan ( acting ) yaitu melaksanakan scenario pembelajaran, (c) Observasi ( observing ) yaitu melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan penelitian, dan (d) Refleksi ( reflecting )yaitu melakukan diskusi dan evaluasi secara kolaboratif terhadap hasil penelitian sebagai dasar menyusun perencanaan siklus selanjutnya dan pengambilan kesimpulan.

Indikator Keberhasilan Tindakan

         Setelah penelitian selesai, diharapkan sekurang-kurangnya :
1. 80 % siswa memiliki motivasi belajar kimia yang ditandai dengan aktif mengumpulkan tugas dan presentasi yang baik.
2. 85 % siswa memiliki prestasi belajar kimia lebih dari 75 atau termasuk kategori baik  ( B ) ke atas.

Teknik Pengumpulan Data

       Cara pengumpulan data dilakukan dengan teknik pendokumentasian, observasi dan pengamatan unjuk kerja ( performance ) untuk mengetahui data kualitatif berupa kemajuan tiap siklusnya, serta penugasan ( Project ) dan ulangan / test tertulis ( Paper and pencil test ) untuk mengumpulkan data kuantitatif berupa data nilai siswa.
        Guna menggali dan mengumpulkan data diperlukan instrument berikut :
 1. Jenis data yang dikumpulkan :
a.    tingkat pemahaman materi
b.    tingkat keaktifan
c.    tingkat minat belajar siswa
d.    hasil presentasi siswa
e.    hasil belajar siswa
f.     foto kegiatan siswa
    2. Alat pengumpul data :
a.    Kuisioner untuk mengungkap minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
b.    Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dan guru pada saat melaksanakan tindakan kelas
c.    Pedoman wawancara untuk siswa, guru kolaborator saat berlangsung tindakan kelas
d.    Learning logs siswa untuk mengungkap pendapat, perasaan dan perbaikan perencanaan pembelajaran berikutnya
e.    Alat evaluasi berupa soal-soal untuk mengukur tingkat penguasaan dan pemahaman materi kimia

Analisis Data

Cara melakukan analisis data dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dimunculkan dalam bentuk deskripsi angka dan nilai tugas maupun nilai ulangan kimia siswa. Sedangkan data kualitatif akan dimunculkan dalam bentuk catatan harian observer / kolaborator.
Analisis Tindakan meliputi :
  1. Perencanaan ( Planning )
Persiapan penelitian meliputi :
    1. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
    2. membuat scenario pembelajaran kontekstual dengan media mindjet mind manager.
    3. menyusun petunjuk kegiatan kerja bagi siswa / kelompok
    4. menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran di kelas
    5. menyusun alat evaluasi tindakan berupa : pedoman wawancara, lembar observasi KBM, angket siswa, learning logs siswa, dan soal-soal evaluasi di kelas.
  1. Pelaksanaan Tindakan ( Acting )
a. Skenario Tindakan Guru :
Langkah-langkah pelaksanaan penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut :
1). Guru bersama siswa menentukan kompetensi dasar yang menjadi permasalahan, selanjutnya dikembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru.
2).  Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara menemukan sendiri ( inquiry ) untuk semua kompetensi dasar
3).    Guru mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan cara tanya jawab
4).    Guru menciptakan masyarakat belajar / belajar dalam kelompok
5).    Guru peneliti bersama guru kolaborator dan siswa melakukan refleksi disetiap akhir pertemuan guna menentukan tindak lanjut berikutnya.
6).   Guru bersama siswa melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, tentang proses, hasil penggunaan teknik ini.
b. Skenario Tindakan untuk Siswa
1). Siswa membentuk kelompok yang berjumlah 4-6 orang
2).Menunjuk masing-masing satu orang sebagai ketua tim dan sekretaris
3).Menggunakan seperangkat media pembelajaran yang sudah tersedia di kelas untuk mendemonstrasikan kegiatan dan lembar kegiatan siswa.
4). Menerima penjelasan guru
5). Malakukan demonstrasi, berdiskusi dan mengerjakan tugas
6). Ketua tim mepresentasikan hasil kerja pada kelompok kecil untuk mengoreksi kekurangannya.
7). Ketua tim mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan forum kelas dilanjutkan tanggapan dari kelompok lain.
8). Mendengarkan, mencatat penguatan dari guru.
9). Mengerjakan evaluasi ( Individual )
3.  Observasi / Pengamatan
        Observasi kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif dengan menggunakan formatpengamatan proses pembelajaran yang telah tersedia, selanjutnya dilakukan pengolahan data yang terekam selama kegiatan berlangsung untuk memaknainya serta evaluasi secara kolaboratif untuk melihat tingkat keberhasilan dan pencapain tujuan. Dalam kegiatan observasi ini dapat direkam kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
        Observasi dan monitoring dilakukan secara triangulasi oleh guru, kolaborator, dan siswa untuk mendapatkan data yang akurat. Hasil monitoring dan observasi dapat dilihat dari hasil analisis data, hasil tes, lembar observasi, catatan lapangan learning logs siswa dan wawancara.
4.  Refleksi
        Berdasarkan hasil analisis data dan evaluasi kegiatan, peneliti dan kolaborator merefleksi kegiatan setiap siklus untuk melihat kelemahan dan kelebihan guna perbaikan perencanaan pada siklus berikutnya. Refleksi ini dapat juga didasarkan dari jurnal yang dibuat guru setelah selesai pembelajaran, learning logs yang dibuat siswa, serta hasil kerja kelompok.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal
              Kondisi awal siswa sebelum diteliti adalah sebagai berikut : nilai raport semester 2 kelas X TGB kurang baik karena belum ada siswa yang mendapat nilai A, 8 siswa (25,81 %) yang mendapat nilai pada batas tuntas 75, dan 23 siswa (74,19%) yang mendapat nilai di atas 75. Motivasi siswa pun rendah dan mereka tidak perduli akan mendapatkan nilai berapa dan ada beberapa siswa sewaktu kelas X TGB sering tidak mengumpulkan tugas. Kelas XI Teknik Gambar Banguan ( TGB ) termasuk kelas yang prestasinya tidak lebih baik dari program teknik mekanik otomotif dan teknik pemesinan, sehingga peneliti ingin mengatasi masalah mereka memperbaiki pola belajar mereka, mulai menyukai pelajaran kimia dan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada prestasi sebelumnya.
       Berdasarkan observasi dan tes awal sebagai pra siklus minat  belajar siswa baru 65 % dan tingkat penguasaan  materi kimia 75 % . Dari tes awal sebagai para siklus  diperoleh  rata – rata nilai sebesar 77,61 .
   .  Hasil Penelitian
        Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari kuisioner, lembar observasi/pengamatan, wawancara, learning logs siswa dan hasil evaluasi menunjukkan hasil sebagai berikut :
Siklus I
        Pada siklus I pelaksanaan pembelajaran masih banyak mengalami banyak hambatan, diantaranya : (1) instruksi guru kurang jelas sehingga siswa banyak yang bingung dalam mengerjakan tugas, (2) kegiatan demonstrasi dan diskusi belum lancar karena hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga keterlibatan dan partisipasi siswa tidak maksimal, (3) penggunaan buku referensi belum maksimal, masih banyak kelompok yang hanya menggunakan satu buku sumber saja, (4) pada tahap presentasi di depan kelas , presenter belum siap begitu pula audien dalam memberikan tanggapan dan respon masih kurang sehingga tampak kaku walaupun ada hanya bersifat dua arah sehingga diskusi kelas belum tampak hidup.
         Hambatan-hambatan yang terekam dalam pembelajaran siklus ini diantaranya dipengaruhi (1) Aspek KBM : Siswa belum terbiasa dengan diskusi kelompok, belum trampil mengoperasikan mind manager, sehingga masih kebingungan  ( 2) Aspek Guru : pembelajaran tidak berjalan secara alami karena kehadiran kolaborator mempengaruhi kinerja guru sehingga menjadi canggung dan suasana kelas masih tampak kaku / belum kondusif  (3) Aspek siswa : kehadiran kolaborator dan model pembelajaran yang baru menjadikan siswa kurang bebas bicara dan merespon pembelajaran karena siswa merasa diawasi oleh orang yang asing dan belum dikenal sehingga takut salah.
Refleksi : dari observasi pada siklus I, bahwa pembelajaran secara multiarah belum berlangsung dengan baik, hanya didominasi oleh beberapa siswa yang agak pandai sehingga suasana diskusi setelah pendemostrasian mindjet kurang begitu hidup.
Siklus II
        Berdasarkan refleksi siklus sebelumnya, diadakan perbaiakan pembelajaran pada aspek KBM, guru dan siswa. Guru memberikan instruksi dan penjelasan secara rinci mengenai langkah-langkah kegiatan belajar dengan pendekatan kontekstual menggunakan media mindjet mind manager, serta tugas –tugas yang harus dilakukan oleh kelompok. Siswa dilatih cara mengoperasikan LCD dan menggunakan instruksi-instruksi pada laptop. Selanjutnya guru memberikan pengertian kepada siswa tentang keberadaan guru kolaborator sehingga siswa menerima keberadaannya serta memotivasi siswa, memberikan bimbingan secukupnya bagi kelompok yang membutuhkan bantuan.
        Pada siklus II diusahakan siswa memiliki referensi lebih dari satu buku. Demikian pula jumlah alat peraga ditingkatkan. Sehingga siswa merasa mudah mencari dan menemukan sendiri pengetahuan tentang konsep-konsep nimia, dengan harapan diskusi bisa lebih bermakna. Dibandingkan siklus I , pada siklus II terdapat peningkatan pada semua aspek. Siswa semakin tahu tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan. Hal ini tampak pada jalannya diskusi dan presentasi yang semakin hidup, siswa saling melontarkan pertanyaan, jawaban ataupun sanggahan dengan argumentasi yang semakin bagus, sehingga pembelajaran nampak berkualitas dan bermakna.
        Permasalahan yang dijumpai diantaranya : (1) ketika penyaji belum bisa menjawab pertanyaan, mereka banyak menyita waktu untuk mencari jawaban dalam buku referensi, (2) persiapan siswa belum maksimal, (3) sebagian penyaji kurang percaya diri, (4) pertanyaan dari siswa sebagian belum mengarah kepada pertanyaan tingkat tinggi.
        Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam siklus I diperbaiki pada siklus II untuk mengurangi keterbatasan / kekurangan dan menguatkan keunggulan yang telah dicapai pada siklus sebelumnya. Siswa diberikan keleluasaan dalam mengoperasikan mindjet  pada Laptop yang ditayangkan memlalui LCD sehingga siswa semakin percaya diri dalam mempresentasikan hasil diskusi. Sehingga pada akhir siklus ini bisa menampakkan hasil seperti yang diharapkan.
    . Analisis dan Interpretasi Data Hasil Belajar
1. Pemahaman Materi
        Berdasarkan analisis data kuisioner, learning logs siswa dan wawancara dari penerapan pendekatan kontekstual dengan media mindjet secara kuantitatif terjadi peningkatan penguasaan materi kimia khususnya kompetensi larutan elektrolit dan elektrokimia secara signifikan.

     Grafik 1 : Learning logs minat belajar dan penguasaan materi
    Keterangan Grafik (1) Pra Siklus    (2) Siklus I     (3) Siklus II
        Dari data di atas terlihat adanya pemahaman konsep kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan secara signifikan. Peningkatan minat dan aktivitas siswa pada pra siklus sebesar 55 %, pada siklus I meningkat menjadi 60 % dan pada siklus II meningkat menjadi 75 %. Sedangkan berdasarkan analisis data dari kuisioner dan wawancara siswa juga mengalami peningkatan penguasaan materi kimia, mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II secara beturut-turut adalah 65%, 75% dan   82 %.
        Dari learning logs juga terungkap bahwa daya tangkap dan pemahaman materi pelajaran meningkat. Suasana kelas lebih rileks, lebih bermakna, menyenangkan, tidak tertekan dan bebas mengungkapkan pendapat.
2.       Minat dan Keaktifan Siswa
        Melalui lembar pengamatan dari kolaborator terungkap tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas dapat terekam seperti dalam tabel berikut :
Aspek
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Responsif dalam pembelajaran
55%
60%
75%
Motivasi penguasaan materi
65%
75%
82%
Penyelesaian tugas
75%
90%
100%
Mengemukakan pendapat
45%
65%
70%
Menjawab pertanyaan
40%
65%
80%
Bertanya
35%
40%
65%
Suasana kelas kondusif/aktif
70%
80%
85%
Mencatat hal-hal penting
75%
80%
90%
Presentasi hasil diskusi
50%
65%
81%
Kerja kelompok
60%
85%
95%
Tabel  : Tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran
        Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dari pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan. Karena belajar dalam suasana yang menyenangkan, siswa mudah menerima dan memahami materi. Respon siswa terhadap pembelajaran dari Siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan karena guru peneliti selalu memberikan penjelasan dan memotivasi siswa untuk turut berpartisipasi dalam penciptaan suasana yang kondusif.
        Keaktifan siswa juga mengalami perkembangan, hal ini lebih tampak pada waktu kerja kelompok dalam membahas permasalahan kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan yang dihadapi lebih menyenangkan karena dengan menggunakan media mindjet mind manager pengamatannya lebih jelas. Siswa lebih berani mempresentasikan hasil diskusi di kelas, berani menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan dan bahkan melontarkan pertanyaan kepada siswa lain sehingga suasana pembelajaran lebih hidup.
3. Hasil Belajar
        Dampak penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan media mindjet mind manager terlihat pada hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar, seperti tampak pada grafiks di bawah ini :

Grafik 2 : Ketuntasan belajar dan rata-rata nilai ulangan harian (KKM :75 )
Keterangan Grafik (1) Pra Siklus   (2) Siklus I     (3) Siklus II
        Rata-rata ulangan harian pada pra siklus adalah 77,61 dengan ketuntasan 87,09% meningkat menjadi 78,77 pada siklus I dengan ketuntasan 93,55%, dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 80,16 dengan ketuntasan 96,77%. Hal ini dipengaruhi oleh : (1) suasana belajar yang menyenangkan, (2) siswa dilatih sehingga mampu menemukan dan membangun pengetahuan sendiri, (3) pembelajaran lebih bermakna dan siswa masih dapat mengingat dalam waktu yang relatif lama.
        Dilihat dari nilai akhir siklus II, siswa yang mendapat nilai A adalah 6 siswa (19,36%), yang mendapat nilai B sebanyak 23 siswa (74,19%) dan yang mendapat nilai C sebanyak 2 siswa (6,45%). Jadi yang mendapat nilai B ke atas sebanyak 93,55% ( lebih besar dari indikator kinerja ). Hasil ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap kompetensi memahami konsep larutan sangat  baik, karena pembelajaran berlangsung baik pula. Baiknya proses pembelajaran dapat dilihat dari kenyataan bahwa telah terjadi interaksi aktif multiarah meskipun belum maksimal. Dengan memperhatikan kenyataan bahwa proses pembelajaran berlangsung baik dan sebagian besar siswa telah mendapat nilai B ke atas yaitu 93,55%, maka terdapat peningkatan prestasi belajar kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan   melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan media mindjet mind manager.

SIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Simpulan

        Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual bermedia mindjet, proses pembelajaran kimia khususnya kompetensi memahami konsep larutan pada siswa kelas XI TGB Semester 3 MAN 2 MAJALENGKA tahun pelajaran 2016/2017 telah berjalan lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya.

Saran

       Pemahaman materi kimia untuk siswa dapat meningkat bila digunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan mendorong siswa aktif dan berbuat. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti untuk menemukan dan menciptakan model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
Oleh karena itu kepada para guru MAN 2 MAJALENGKA pada khususnya dan para guru pada umumnya disarankan untuk dapat menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual bermedia mindjet..


DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono ( 1991 ). Psikologi Belajar.  Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas.A.( 2002 ). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 5 : Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual.  Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas.B.( 2002). Pendekatan Kontekstual ( Contextual Taeching and Learning ).  Depdiknas. Jakarta.

Mulyasa, E.( 2002 ). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosda Karya. Bandung

Muhammad Nur ( 1999 ). CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung

Nana Sudjana ( 1995 ). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Suharsimi Arikunto ( 2002 ). Prosedur Penelitian dalam Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta



Chemystry

CARA DAFTAR DIGITAL EXCHANGE

Sahabat Digitalexchange. Berikut langkah-langkah untuk membuat akun di digitalexchange • Klik dulu ⟹  di sini       maka akan tamp...

Blog super