MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA
Untuk mendownload materi kimia dalam bentuk powerpoint klik
di sini
Pembelajaran Media Pendidikan
Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari- hari. Di
masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar
membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika. Masih banyak
lagi penggunaan istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih
umum dan tak mudah diamati, seperti: belajar hidup mandiri, belajar menghargai
waktu, belajar berumah‑tangga, belajar bermasyarakat, belajar mengendalikan
diri, dan sejenisnya.
Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal
batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang
dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah
perilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa
perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu
saja, perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positip.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan
materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang merupakan bagian
dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu‑satunya. Masih banyak cara
lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang
seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat
berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya
merupakan salah satu (bukan satu‑satunya) sumber belajar bagi siswa. Selain
guru, masih banyak lagi sumber‑sumber
belajar yang lain. Lalu, apa sebenamya sumber belajar itu?
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar
adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan
untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu
meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.
Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan
menjadi dua :
1).
Sumber belajar yang dirancang (learning
resources by design); 2). Sumber belajar
yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization)
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang
komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya juga merupakan proses
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media
pembelajaran.
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta,
konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/ konkrit. Alat
bantu adalah alat (benda) yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas
dalam mengajar. Audio‑Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang
sama hanya saja penekanannya pada peralatan audio dan visual. Sedangkan alat
bantu belajarpenekanannya pada fihak yang belajar (pembelajar). Semua istilah
tersebut, dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu media pembelajaran.
Pada awal sejarah pendidikan, guru
merupakan satu‑satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan
selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Sekitar
pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi dengan
peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Pada akhir
tahun 1950, teori komunikasi muiai mempengaruhi penggunaan alat audio visual.
Dalarn pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat
penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalarn dunia
pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru
saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Baru pada
tahun 1960‑an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam
kegiatan pembelajaran. Pada tahun 1965‑70, pendekatan sistern (system approach) mulai menampakkan
pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistern
ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalarn proses
pembelajaran.
Memilih media yang terbaik untuk tujuan pembelajaran bukanlah pekerjaan
yang mudah. karena harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti model
pemilihan media dan mengapa pemilihan media itu perlu.
Menurut Anderson (1976) ada dua pendekatan dalam proses pemilihan media
pembelajaran, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka.
Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan sedangkan
pemilihan terbuka kita bebas menentukan jenis media apa saja yang sesuai dengan
kebutuhan kita.
Pemilihan media perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media yang
terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk
itu, pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena
begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing‑masing.
Memilih media hendaknya didasarkan atas kriteria tertentu. Secara umum,
kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran adalah
tujuan, sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya,
ketersediaan, konteks penggunaan, serta mutu teknis.
Ada beberapa prinsip umum yang perlu kita perhatikan dalam pemanfaatan media
pembelajaran, yaitu: setiap jenis media memiliki kelebihan dan kelemahan, penggunaan
beberapa macam media secara bervariasi diperlukan, penggunaan
media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif
Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih
efektif dan efisien. Secara khusus, Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi
manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: penyampaian materi pelajaran dapat
diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses
pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga,
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, media memungkinkan proses
pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, media dapat
menumbuhkan sikap positip siswa terhadap materi dan proses belajar, serta
mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Sedangkan manfaat praktis media pembelajaran antara lain: media dapat
membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit, media juga dapat
mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu, serta media dapat membantu
mengatasi keterbatasan indera manusia.
Ada berbagai cara dan sudut pandang dalam menggolongkan jenis media.
Apapun dasar yang digunakan dalam pengelompokan itu, tujuannya sama yaitu agar
orang lebih mudah mempelajarinya. Rudy Bretz (1971), mengidentifikasi jenis‑jenis
media berdasarkan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual dan gerak. Berdasarkan
tiga unsur tersebut, Bretz mengklasifikasikan media ke dalam delapan kelompok,
yaitu: (1) media audio, (2) media cetak, (3) media visual diam, (4) media
visual gerak, (5) media audio semi gerak, (6) media semi gerak, (7) media audio
visual diam, serta (8) media audio visual gerak.
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai
berikut: (1) audio, (2) cetak, (3) audio cetak, (4) proyeksi visual diam, (5)
proteksi audio visual diam, (6) visual gerak, (7) audio visual gerak, (8) obyek
fisik, (9) manusia dan lingkungan, serta (10) komputer.
Schramm (1985) menggolongkan media atas dasar kompleksnya suatu media,
yaitu: media besar (media yang mahal dan kompleks) dan media kecil (media
sederhana dan murah). Selain itu Schramm juga membedakan media atas dasar
jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak), media kelompok
(liputannya seluas ruangan tertentu), dan media individual (untuk perorangan).
Henich dkk (1996) membuat klasifikasi media sebagai berikut: (1) media yang
tidak diproyeksikan, (2) media yang diproyeksikan, (3) media audio, (4) media
video, (5) media berbasis komputer, dan (6) multi media kit.
Media yang tidak diproyeksikan sering disebut sebagai media pameran (displayed media). Jenis media yang
tidak diproyeksikan antara lain: realia, model, dan grafis. Media realia adalah
benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media
realia dapat juga dilakukan dengan cara mengajak observasi. Selain observasi,
penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi berupa: potongan benda (cutaways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibid). Media model diartikan sebagai
benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Media grafis tergolong jenis media
visual yang menyalurkan pesan lewat simbol‑simbol visual. Media grafis banyak
jenisnya, misalnya: gambar/foto, sketsa, bagan/chart, diagram, grafik, poster,
kartun dan sebagainya.
Contoh media yang diproyeksikan adalah transparansi OHP dan
film bingkai/slide. Media transparansi OHP terdiri dari dua perangkat, yaitu
perangkat lunak (software) yang
disebut OHT (overhead transparancy)
dan perangkat keras (hardware) yang
disebut OHP (overhead projector).
Film bingkai/slide adalah suatu film transparan. Dalam satu paket program film
bingkai berisi beberapa bingkai film yang terpisah satu sama lain. Film bingkai
ada juga yang dilengkapi dengan paralatan audio, sehingga selain gambar, juga
bisa menyajikan suara. Film bingkai yang dilengkapi dengan audio dinamakan film
bingkai suara atau slide suara. Media audio yang paling sering digunakan di
sekolah adalah kaset audio. Program audio sangat cocok untuk menyajikan materi
pelajaran yang bersifat auditif, seperti pelajaran bahasa asing dan seni suara.
Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media video
sudah banyak dikembangkan untuk keperluan pembelajaran. Sebagian besar
fungsi film sudah bisa digantikan oleh media video. Sekarang, media ini biasa
dikemas dalam bentuk VCD.
Media komputer memiliki hampir semua kelebihan yang dimiliki oleh media
lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak, suara, dan gambar, komputer juga
dapat digunakan secara interaktif. Komputer yang disambung dengan internet
dapat memberikan keleluasan belajar yang hampir tanpa batas. Oleh karena itu
media komputer dapat dimasukkan dalam kelompok multimedia.
Penggunaan OHP bisa dianggap sebagai "jalan tengah" antara media
tradisional papan tulis dengan media audio visual modern lainnya. Media OHP
merupakan media yang cukup populer penggunaannya di sekolah. Hampir semua
sekolah telah memiliki peralatan OHP, namun pemanfaatannya belum maksimal.
Media transparansi terdiri dari perangkat keras (OHP) dan perangkat lunak
(OHT). Ada dua cara yang dapat Anda lakukan untuk menghasilkan OHT, yaitu:
dengan cara mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu dan membuat
sendiri secara manual. OHT dapat dibuat dalam beberapa bentuk dan teknik
sajian, misalnya: bentuk tunggal, tumpang tindih (overlay), bentuk buka‑tutup
(masking), bentuk yang diberikan lapisan transparansi berwarna.
Pada hakekatnya,
alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang massa. Jika
Anda sependapat dengan asumsi ini, maka pengertian sumber belajar merupakan
konsep yang sangat luas meliputi segala yang ada di jagad raya ini.
Jadi,
begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu dapat
kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya merupakan
salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah
satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas perpustakaan, petugas
laboratorium, tokoh‑tokoh masyarakat, tenaga ahli/terampil, tokoh agama, dll.
Hal yang
perlu perhatian adalah, agar bisa terjadi kegiatan belajar pada siswa, maka
siswa harus secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar hanya mungkin terjadi jika ada
interaksi antara siswa dengan sumber‑sumber belajar. Dan inilah yang seharusnya
diusahakan oleh setiap pengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Media
merupakan salah satu komponen pembelajaran,oleh karena itu media tidak bisa
luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media
seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan
dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang
dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu kita
pahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada di lapangan.
Melalui
berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak berinteraksi
secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa. Barang
kali perlu direnungkan kembali ungkapan populer yang mengatakan : Saya
mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.
Media
pendidikan , tentu saja media yang digunakan dalam proses dan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pada hakekatnya media pendidikan juga merupakan media
komunikasi, karena proses pendidikan juga merupakan proses komunikasi. Apabila
kita bandingkan dengan media pembelajaran, maka media pendidikan sifatnya lebih
umum, sebagaimana pengertian pendidikan itu sendiri. Sedangkan media pembelajaran
sifatnya lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang secara khusus
digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara
khusus. Tidak semua media pendidiikan adalah media pembelajaran, tetapi setiap
media pembelajaran pasti termasuk media pendidikan.
Sebagai bagian dari sumber belajar, media harus dapat kita manfaatkan
secara maksimal untuk membantu siswa mencapai tujuan belajamya. Alangkah
minimnya pengalaman belajar anak didik kita, jika mereka hanya memperoleh informasi
dari sumber‑sumber yang terbatas. Guru memang salah satu sumber belajar bagi
siswanya, tetapi bukan satu‑satunya. Masih banyak sumber belajar lain yang
dapat kita manfaatkan untuk membuat siswa kita belajar. Peran penting guru
adalah mengupayakan agar setiap siswanya dapat berinteraksi dengan sebanyak
mungkin sumber belajar.
Pemanfaatan media pada dasamya dimaksudkan untuk membantu agar kegiatan
pembelajaran lebih efektif mencapai tujuan dan efisien dalam hal tenaga, waktu
dan beaya. Sayangnya, masih ada yang beranggapan bahwa penggunaan media akan
menambah pekerjaan guru yang waktunya telah habis untuk mengejar target
kurikulum. Anggapan demikian sebenamya tak perlu terjadi.